MAN 2 Kudus – Menuju Madrasah Riset Berbasis Ma’had (Pesantren)
MAN 2 Kudus – Menuju Madrasah Riset Berbasis Ma’had (Pesantren)
Pertama kali memasuki gerbang utama Kampus MAN 2 Kudus dari Jalan Raya Kudus-Jepara Prambatan Kidul, tidak ada kesan istimewa dari madrasah negeri yang merupakan metamorfosa dari PGAN Kudus sejak tahun 1992 tersebut. Namun, setelah menyusuri gang kecil yang terletak di tengah perkampungan padat penduduk dan tiba di kampus MAN 2 Kudus, kita akan terperangah dan bangga dengan keberadaan kampus terpadu MIN Kudus, MTsN Kudus, dan MAN 2 Kudus yang cukup megah dan kokoh. Keberadaannya tidak saja cukup menggambarkan adanya kedekatan dan kehangatan hubungan madrasah dengan masyarakat, melainkan juga menunjukkan adanya pusat keunggulan (center of excellence) pendidikan Islam di daerah tersebut.
Bagi warga Kudus dan sekitarnya nama MAN 2 Kudus sudah cukup populer karena madrasah tersebut merupakan salah satu ikon lembaga pendidikan unggul terutama di Kabupaten Kudus dan sekitarnya dan juga merupakan salah satu satuan pendidikan menengah “papan atas” di Kota Kretek tersebut. MAN 2 Kudus menjadi favorit dan pilihan utama para peserta didik dalam memilih pendidikan lanjutan tingkat menengah. Seiring dengan meningkatnya mutu layanan dan prestasi akademik dan non-akademik yang diraih, MAN 2 Kudus semakin menunjukkan eksistensinya sebagai madrasah unggulan yang semakin populer tidak hanya di tingkat Kabupaten, melainkan juga di tingkat Provinsi, bahkan di tingkat nasional.
Hal ini terjadi tidak lepas dari berbagai terobosan dan inovasi program yang dilakukan oleh MAN 2 Kudus untuk menjadikan madrasah tersebut sebagai madrasah unggulan di tingkat nasional, bahkan Internasional. “MAN 2 Kudus siap menjadi Madrasah Bertaraf Internasional”, Kata Kepala MAN 2 Kudus Drs. H. Ah. Rif’an, M.Ag optimis. Senada dengan Rif’an, salah seorang guru MAN 2 Kudus Muhammad Muspahaji Abdulghoni mengatakan, “kami siap bersaing dan disejajarkan dengan MAN Insan Cendikia Serpong, MAN Insan Cendikia Gorontalo, dan MAN 3 Malang”.
Ambisi MAN 2 Kudus menjadi salah satu madrasah papan atas di level nasional bahkan Internasional bukan hanya sekedar wacana. Kepala MAN 2 Kudus Drs. H. Ah. Rif’an, M.Ag menyampaikan bahwa beberapa inovasi penting telah dilakukan dalam upaya mempromosikan MAN 2 Kudus sebagai salah satu madrasah unggulan di Indonesia. Beberapa gebrakan dan inovasi yang dilakukan di antaranya adalah: (1) komitmen untuk menjadikan MAN 2 Kudus sebagai madrasah berbasis riset, (2) inisiatif pengembangan sistem ma’had di madrasah, (3) komitmen untuk menerapkan bilingual class system (BCS) bagi peserta didik yang mempunyai keunggulan akademik.
Madrasah Berbasis Riset
Sedikit sekali lembaga pendidikan menengah setingkat MA/SMA yang telah berani dan percaya diri menetapkan visi sebagai madrasah berbasis riset. Namun, tidak demikian halnya bagi MAN 2 Kudus. Berbagai program terobosan dilakukan oleh MAN 2 Kudus dalam rangka mewujudkan impiannya untuk mencetak lulusan yang tidak hanya mampu memahami sains, akan tetapi lulusan tersebut diharapkan dapat menghasilkan riset yang bermutu di bidang sains dan sosial keagamaan. Untuk mewujudkan hal itu, MAN 2 Kudus mengembangkan program penelitian ilmiah kepada para siswa melalui kegiatan pembelajaran formal di kelas maupun pengembangan kegiatan ekstrakurikuler di bidang pengembangan sains, seperti KIR, robotik, dan masih banyak lagi.
Prestasi MAN 2 Kudus dalam bidang riset memang cukup membanggakan tidak saja warga madrasah melainkan juga bangsa Indonesia secara umum. Miftahul Falah, M.Si seorang guru muda yang juga menjadi pembimbing KIR MAN 2 Kudus mengatakan bahwa belum lama ini siswa MAN 2 Kudus berhasil mengharumkan nama madrasah secara umum dan MAN 2 Kudus secara khusus sebagai finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-43 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam lomba tersebut, tiga siswa MAN 2 Kudus (Annisa Solihah, Saifuddin Bahri, dan Teguh Wibowo) berhasil mempresentasikan hasil karyanya berjudul “Kurva Gerak Bola Takraw” di depan tim penguji dari LIPI.
Tidak hanya itu, pada bulan Oktober 2011, siswa MAN 2 Kudus juga berhasil menyabet Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Dalam lomba ini Aulia Khoirun, Jamilatuz Z, dan Nelita Riyadhotul J.U mempresentasikan karya berjudul “Kajian Al Qur’an sebagai Upaya Penanggulangan Radikalisme Agama di Madrasah Aliyah” di bawah bimbingan Guru MAN 2 Kudus Shobah Muqorrobin, S.Pd.I.
Muhammad Muspahaji Abdulghoni, seorang guru MAN 2 Kudus, mengatakan bahwa masih banyak prestasi akademik, seperti Olimpiade Sains, yang berhasil dipersembahkan oleh siswa-siswi MAN 2 Kudus di berbagai ajang kompetisi dan perlombaan baik di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. Lebih lanjut, Heru Nugroho Wakil Kepala Bidang Kurikulum MAN 2 Kudus menambahkan bahwa prestasi yang diraih oleh MAN 2 Kudus tidak hanya dipersembahkan oleh para siswa, melainkan juga oleh beberapa guru MAN 2 Kudus. Belum lama ini salah satu guru MAN 2 Kudus, Miftahul Falah, berhasil mendapat penghargaan bergengsi dari Science Education Award Toray Japan pada Februari 2011 setelah mempresentasikan karya ilmiahnya berjudul Pemanfaatan Mainan Tradisional Egrang sebagai Media Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Benda Tegar dan Pemanfaatan Papan Tulis Online sebagai Media Pembelajaran Fisika Jarak Jauh.
Madrasah Berbasis Ma’had (Pesantren)
Penerapan sistem ma’had (pesantren) di lembaga pendidikan merupakan trend baru dalam penyelenggaraan pendidikan yang efektif dewasa ini, meskipun sebenarnya sebagaimana dikatakan Zamakhsyari Dhofier bahwa sistem ma’had (pesantren) merupakan sistem atau model pendidikan indigenous Indonesia dan bahkan termasuk salah satu model sistem pendidikan tertua di Indonesia. Bahkan Ki Hajar Dewantoro pernah membayangkan sistem pesantren akan menjadi mainstream sistem pendidikan nasional. Namun, karena kuatnya pengaruh sistem persekolahan yang diintrodusir Pemerintah Kolonial Belanda, maka sistem ma’had mengalami marjinalisasi hanya terbatas digunakan di dalam pondok pesantren untuk mengajarkan kajian-kajian keislaman klasik, seperti Qur’an, Hadits, dan sebagainya.
Seiring dengan kegagalan sistem pendidikan ala kolonial yang dianggap tidak mampu menghasilkan lulusan yang paripurna, maka dewasa ini muncul gerakan untuk merevitalisasi peran penting sistem ma’had dalam lembaga pendidikan, termasuk madrasah. Penerapan sistem ma’had di dalam madrasah swasta adalah hal yang lumrah karena biasanya madrasah berdiri secara terpadu dengan pondok pesantren, seperti Madrasah Tebu Ireng, Madrasah Darul Ulum Jombang, Madrasah Roudlatul Ulum Guyangan Pati, dan masih banyak lagi. Namun, penerapan sistem ma’had di lembaga pendidikan negeri, seperti MAN, merupakan sesuatu yang masih jarang dilakukan. Di lembaga pendidikan tinggi negeri telah dikembangkan Ma’had UIN Malang, Ma’had UIN Jakarta, dan Ma’had UIN Makassar.
MAN 2 Kudus merupakan salah satu madrasah negeri yang berhasil menerapkan sistem ma’had melalui program yang dinamakan Darul Adzkiya’ Boarding School. Hal ini merupakan salah satu terobosan penting dalam mewujudkan lulusan yang mempunyai penguasaan IPTEK dan IMTAQ secara seimbang. Kepala MAN 2 Kudus Drs. H. Ah. Rif’an, M.Ag mengatakan, “melalui sistem ma’had kami berharap lulusan MAN 2 Kudus akan menjadi Intelektual yang santri dan santri yang intelektual.” Namun demikian, karena terbatasnya fasilitas ma’had yang dimiliki MAN 2 Kudus, maka belum semua siswa dapat memperoleh fasilitas ma’had dengan segala program unggulannya.
Lebih lanjut, Rif’an menambahkan bahwa selain program-program akademik yang dilakukan pada jam-jam formal di kelas, sistem ma’had yang diterapkan di MAN 2 Kudus menekankan pada beberapa kegiatan dengan target penting, di antaranya: (1) efektivitas mentoring pada materi SNMPTN (diupayakan diterima di Perguruan Tinggi Negeri); (2) pembinaan olimpiade sains, lomba mapel dan KIR; (3) meningkatnya budaya membaca; (4) kecakapan berbahasa dan terampil ICT; (5) pelatihan khitobah dan kajian-kajian Kitab; (6) terciptanya kehidupan religius di boarding; dan (7) menyiapkan alumni yang sukses dalam kehidupan.
Di samping itu, Rif’an menambahkan bahwa sistem ma’had merupakan strategi penting untuk membentuk lulusan paripurna melalui program-program pembinaan social culture, pembiasaan ibadah (sholat fardlu berjama’ah dan sholat sunnah), pembentukan karakter dan nilai-nilai kebersihan, kedisiplinan, pengajian kitab kuning, kajian hadits, dan kajian al Qur’an, dan pembiasaan komunikasi bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam aktivitas sehari-hari.
Bilingual Class System
Terobosan lain yang dilakukan oleh MAN 2 Kudus dalam upaya menjadikan madrasah “papan atas” di level nasional dan bahkan Internasional adalah penerapan Bilingual Class System (BCS). Kepala MAN 2 Kudus Drs. H. Ah. Rif’an, M.Ag menjelaskan bahwa salah satu tujuan penting penerapan BCS adalah untuk mempersiapkan peserta didik MAN 2 Kudus agar mempunyai penguasaan materi akademik yang bertaraf Internasional dengan menekankan pada penguasaan siswa dalam menggunakan bahasa Inggris secara aktif dan pasif dalam mengakses sumber belajar yang ada.
Terkait dengan masalah ini, Kepala Madrasah Rif’an menegaskan bahwa dukungan pemerintah (kementerian agama) sangat penting dan diharapkan dalam upaya mengembangkan MAN 2 Kudus sebagai salah satu rintisan Madrasah Bertaraf Internasional dengan penerapan BCS secara efektif. BCS, lanjutnya, merupakan embrio dan necessary condition rintisan MBI. Lebih lanjut Wakil Kepala Urusan Kurikulum Heru Nugroho menjelaskan bahwa salah satu tantangan dan kendala yang dihadapi dalam penerapan BCS ini adalah sulitnya mencari pengajar native speakers sebagai salah satu pendukung sumber belajar bagi siswa BCS yang efektif. “Kami sudah berusaha untuk mencari native speakers yang diharapkan dapat membantu siswa BCS dalam meningkatkan mutu pembelajaran terutama terkait dengan penguasaan bahasa Inggris, akan tetapi belum dapat”, demikian Heru Nugroho berkeluh kesah.
Oleh karena itu, Heru Nugroho berharap berharap Kementerian Agama dapat memfasilitasi pengembangan MAN 2 Kudus melalui program kemitraan dengan International agencies dalam menyediakan relawan atau tenaga profesional native speakers yang dapat ditugaskan untuk memaksimalkan program BCS di MAN 2 Kudus. “Kami berharap Kementerian Agama dapat membantu mencarikan native speakers untuk mendukung efektivitas BCS di MAN 2 Kudus. Kami siap menyediakan fasilitas yang diperlukan, tidak ada masalah”, Kata Heru Nugroho mantap.
Menanggapi hal ini, salah seorang staf Direktorat Pendidikan Madrasah menjelaskan bahwa sebenarnya ada beberapa program yang memungkinkan penugasan relawan native speakers di beberapa madrasah. Tahun ini, lanjut staf Direktorat, Kementerian Agama bekerjasama dengan Pemerintah Amerika Serikat melalui Program Peace Corps tentang Pelatihan Bahasa Inggris di Provinsi Jawa Timur yang ditempatkan di beberapa MAN di Jawa Timur. Mengingat kerjasama kemitraan Peace Corps tersebut masih akan terus berlangsung di tahun-tahun mendatang, maka di tahun-tahun mendatang Kementerian Agama akan memfasilitasi penugasan relawan-relawan native speakers di madrasah-madrasah unggulan termasuk di MAN 2 Kudus. Semoga. ***Abdullah Faqih***
— o0o —
< Prev | Next > |
---|